Senin, 30 Maret 2009

SUSTAIN APA TIDAK YAH?

SUSTAINABILITY PADA BANGUNAN

Menurut saya, bangunan akan tetap substain dalam jangka waktu lama ke depan, karena didasarkan pada 4 faktor yaitu :

1.Physical Elemen

2.Perception

3.Activity

4.Time

Kamis, 12 Maret 2009

Hanya mengkritik.....

Kritik Karya Arsitektur (Gereja Blenduk)

Gereja Blenduk merupakan salah satu gereja Kristen yang terdapat di Semarang, tepatnya terletak di kawasan Kota Lama Semarang. Gereja ini dibangun tahun 1754, dan dipugar Lagi tahun 1894 oleh arsitek Belanda HPA DE WILDE dan W WESTMAS. Dari bentuk dan model bangunannya maka dapat diketahui bahwa gereja ini menganut gaya arsitektur kolonial Belanda. Gereja ini sekarang terletak persis di depan jalan raya yang dulunya merupakan jalan umum bagi pejalan kaki di masa kolonial dulu.

Dari luar, bangunan ini masih kelihatan megah walaupun sekarang pembangunan telah maju dan menghasilkan bangunan pencakar langit. Saat pertama kali memasuki gereja ini yang terlihat hanyalah deretan kursi kayu dari jaman dulu yang tersebar di kiri dan kanan dari pusat gereja. Posisi langit-langitnya yang tinggi ikut menambah kemegahan dan kekhusukan dari bangunan ini.

Sayangnya suhu udara di ruangan ini begitu panas sehingga suasana di dalam gereja terasa panas. Hal inilah yang mendorong saya untuk mengkritik salah satu bangunan kuno bersejarah ini sebab ternyata di gereja yang begitu megah ini tidak terdapat ventilasi untuk sirkulasi udara. Jendela kaca yang terdapat di sisi bangunan ternyata hanya berupa celah kecil sehingga hanya menyumbang sedikit udara ke dalam bangunan. Itupun menurut penjaga gereja, jendela ini jarang dibuka karena tiadak efektif pada saat hujan. Dan inilah yang menjadi kelemahan dari gereja itu sendiri sebab jika digunakan untuk beribadah maka jumlah orang di dalamnya akan begitu banyak sedangkan satu-satunya sirkulasi udara hanya dari pintu masuk, itupun pasti ditutup saat ada ibadah. Sungguh memprihatinkan menurut saya sebab sekian banyak orang di dalam ruangan itu akan merasa panas dan suhu udarapun semakin pengap.


Mungkin arsitek Belanda yang merancang gereja ini tidak terlalu memperhatikan kondisi iklim di Indonesia pada saat itu, khususnya di Semarang. Cukup disayangkan sebab gereja ini sendiri sudah beberapakali dirombak tapi tidak ada yang berubah pada penghawaan ruangan.

Jadi, dari bangunan ini masyarakat khususnya para arsitek memperoleh pelajaran untuk tidak sekedar membangun di masa mendatang nanti, tetapi banyak factor yang mesti dipertimbangkan termasuk iklim……^_^