Menurut saya, bangunan akan tetap substain dalam jangka waktu lama ke depan, karena didasarkan pada 4 faktor yaitu :
1.Physical Elemen
2.Perception
3.Activity
4.Time
Dari luar, bangunan ini masih kelihatan megah walaupun sekarang pembangunan telah maju dan menghasilkan bangunan pencakar langit. Saat pertama kali memasuki gereja ini yang terlihat hanyalah deretan kursi kayu dari jaman dulu yang tersebar di kiri dan kanan dari pusat gereja. Posisi langit-langitnya yang tinggi ikut menambah kemegahan dan kekhusukan dari bangunan ini.
Sayangnya suhu udara di ruangan ini begitu panas sehingga suasana di dalam gereja terasa panas. Hal inilah yang mendorong saya untuk mengkritik salah satu bangunan kuno bersejarah ini sebab ternyata di gereja yang begitu megah ini tidak terdapat ventilasi untuk sirkulasi udara. Jendela kaca yang terdapat di sisi bangunan ternyata hanya berupa celah kecil sehingga hanya menyumbang sedikit udara ke dalam bangunan. Itupun menurut penjaga gereja, jendela ini jarang dibuka karena tiadak efektif pada saat hujan. Dan inilah yang menjadi kelemahan dari gereja itu sendiri sebab jika digunakan untuk beribadah maka jumlah orang di dalamnya akan begitu banyak sedangkan satu-satunya sirkulasi udara hanya dari pintu masuk, itupun pasti ditutup saat ada ibadah. Sungguh memprihatinkan menurut saya sebab sekian banyak orang di dalam ruangan itu akan merasa panas dan suhu udarapun semakin pengap.
Mungkin arsitek Belanda yang merancang gereja ini tidak terlalu memperhatikan kondisi iklim di Indonesia pada saat itu, khususnya di Semarang. Cukup disayangkan sebab gereja ini sendiri sudah beberapakali dirombak tapi tidak ada yang berubah pada penghawaan ruangan.
Jadi, dari bangunan ini masyarakat khususnya para arsitek memperoleh pelajaran untuk tidak sekedar membangun di masa mendatang nanti, tetapi banyak factor yang mesti dipertimbangkan termasuk iklim……^_^
Tidak terkecuali Jogja pun ikut mengalami perubahan tersebut. Jogja yang masih lekat dengan tradisi Jawanya kini sudah mulai dihiasi oleh berbagai macam bangunan tinggi yang modern. Tetapi yang membuat saya salut akan Jogja adalah di tengah arus globalisasi ini kita masih dapat menjumpai bangunan-bangunan tradisional yang berdiri dengan kokohnya di samping bangunan-bangunan modern.
Tugu ini merupakan salah satu simbol dari keberadaan kota Jogja. Dimana arsitektur tradisional belum tersisihkan dan dapat berdiri berdampingan dengan bangunan produk era modern. Hm...selain arsitektur kotanya yg unik dan khas, keadddan kotanya memang bersih & menyenangkan, masyarakkatnya yg ramah, serta suasana kota yg masih hijau.Namun tidak dapat dipungkiri bahwa seiring perkembangan zaman maka keadaan kota Jogja pasti akan mengalami perubahan, seiring dengan terjadinya arus globalisasi yang melanda dunia. Baik itu perubahan dari segi fisik kota Jogja sendiri ataupun yang tidak kelihatan (nonfisik). Bahkan Jogja pun tidak terhindar dari masalah yang menjadi pertimbangan seluruh warga dunia saat ini yaitu "Global Warming".
Adanya "Global Warming" ini ikut mengubah wajah Jogja di masa depan nanti. Dimana para arsitek2 handal pun mulai berpikir untuk membangun gedung yang anti terhadap pengaruh Global Warming seperti green architecture yang mulai diperkenalkan saaat ini dan dapat melindungi umat manusia dari bahaya akibat Global Warming.


